Candi Jolotundo Mojokerto
instagram.com/mojokertocity

Candi Jolotundo Mojokerto, Segini Harga Tiket dan Lokasi Wisatanya

Diposting pada

Wisata pemandian Candi Jolotundo Mojokerto Jawa timur mungkin sudah diketahui ribuan orang.

Kesohoranya pun tak hanya bergema di seantero Mojokerto, namun hingga luar kota bahkan bisa saja se Jawa Timur.

Pasalnya menurut info yang berkembang, tak hanya wisatawan lokal, bahkan mereka yang dari luar kota pun banyak yang datang kemari.

Wisata religi yang berupa candi ini memang unik. Selain terdapat candi bercorak Hindu, di tempat ini juga terdapat aliran mata air pegunungan yang begitu segar.

Jelas terlihat sejumlah pancuran yang mengalir dibangun candi. SelainĀ  itu, dibawah pancuran tersebut juga terdapat sejumlah ikan.

Di kolam ini pengunjung juga kerap menyempatkan diri bercengkrama sembari memberi makan ikan.

Secara garis besar selain bisa menyaksikan peninggalan sejarah berupa bangunan candi. Di obyek ini juga menawarkan kolam padusan.

Dengan sajikan yang demikian cocok untuk menjadi wisata edukasi anak dan anggota keluarga.

Sejarah Candi Jolotundo Mojokerto

Berdasarkan kisah yang berkembang, Candi ini telah berdiri pada tahun 997 Masehi. Candi ini dibangun oleh Raja Udayana atas kelahiran putranya Airlangga.

Baca juga:  Taman Pelangi Monjali Jogja, Wisata Malam Seru dan Menyenangkan

Selanjutnya candi ini digunakan oleh Airlangga sebagai tempat pertapaan setelah dirinya mengundurkan diri dari singgasana Kerajaan Kahuripan.

Keberadaan candi ini pun masih ada hingga sekarang dan kini telah dibuka untuk umum.

Wisatawan pun dapat datang ke tempat ini untuk mengulik sejarah ataupun menikmati keindahan alam yang ada disana.

Ada apa di Candi Jolotundo

Tempat wisata religi Mojokerto ini berada di lereng pegunungan, yang mana menawarkan udara sejuk.

Selain itu ada pohon-pohon besar yang semakin menambah kesan asri. Selain itu, ditempat ini ada beberapa hal yang perlu kamu tahu yaitu:

Candi: Bangunan yang disebut candi di tempat ini memang tidak besar, namun memiliki keunikan tersendiri yaitu pancuran yang mengalir di dinding candi.

Selain itu, relief kuno terukir secara jelas di bangunan tersebut.

Baca juga:  Wisata Sejarah ke Candi Borobudur Magelang

Petirtaan: Petirtaan atau sumber air di tempat ini begitu segar, kualitasnya pun terbilang baik.

Bahkan uniknya, saat musim kemarau airnya tidak kering dan tetap terus mengalir.

Gazebo: Terdapat sejumlah gazebo dan pendopo ditempat ini. Dengan suasana yang alami dan asri, beristirahat di gazebo atau pendopo tersebut akan semakin syahdu.

Meski di areal candi, namun ternyata di obyek wisata sejarah ini juga ada mushola. Ada pula toko souvenir dan toilet.

Selain itu areal parknya juga terbilang luas dan cukup untuk roda dua dan roda empat.

Harga tiket Candi Jolotundo Trawas

Harga tiket Candi Jolotundo ini ternyata tidaklah mahal. Pengunjung dewasa hanya kenakan 10k saja per orang.

Lalu anak-anak hanya dikenakan 7,5k saja. Dengan HTM semurah itu, kamu gak perlu ragu lagi jika ingin membuktikan keelokannya.

  • Tiket masuk: Rp. 10.000 (dewasa)
  • Tiket masuk: Rp. 7.500 (anak-anak)
Baca juga:  Jadwal Angkutan Kereta Api Purwokerto Wonosobo, Solusi Anti Galau dari Stasiun PWT

Lokasi Candi Jolotundo Mojokerto

Secara geografis Candi Jolotundo berada di ketinggian sekitar 800 meter di atas permukaan laut. Dengan demikian lokasinya terbilang tinggi.

Hal ini karena memang candi ini berada di bawah Bukit Bekel sebelah barat lereng Gunung Penanggungan yang merupakan Gunung suci bagi umat Hindu.

  • Alamat: Dukuh Balekambang, Desa Seloliman, Kecamatan Trawas Kabupaten Mojokerto

Jarak tempuh dari arah Surabaya menuju ke titik lokasi sekitar 55 km. Jika dari arah Pugging maka akan melewati Ladang Anggrek.

Selain itu, lokasinya ternyata berada tak jauh dari Candi lain seperti Candi Bayi, Candi Lurah, Candi Naga, Candi Putri, dan lain sebagainya.

Obyek wisata sejarah Candi Jolotundo Mojokerto ini juga banyak dikunjungi wisatawan pada hari minggu. Akses jalan kesana pun sudah mulus, namun sepi.

Sayangnya di kolam utamanya kurang terjaga, yang mana secara otomatis merusak keindahannya. Padahal tempat ini lekat akan sejarah yang begitu mendalam.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *